21 Agustus 2025

5 Hal Tentang Otak Kita yang Kadang Bikin Kita Nyesel Sendiri


Halo kamu yang lagi baca ini,

Aku pengen cerita tentang sesuatu yang mungkin sering banget kita alami, tapi jarang kita sadari: gimana otak kita ini kadang suka “menipu” kita sendiri. Kadang kita mikir sudah tahu semua, tapi ternyata… eh, kok malah salah paham? Atau kita yakin banget sama suatu hal, tapi ternyata cuma karena cara pikir kita yang keliru.

Nah, istilah keren buat kejadian ini adalah kognitif bias. Aku tahu, kedengarannya berat dan ilmiah banget, tapi sebenarnya ini adalah pola pikir yang alami banget. Semua orang punya, aku juga, kamu juga. Aku cuma baru sadar beberapa waktu terakhir dan pengen banget sharing supaya kita sama-sama bisa belajar.


1. Kamu Pilih Info yang Cocok Sama Kamu (Confirmation Bias)

Pernah nggak kamu merasa kalau kamu itu kayak hidup dalam “gelembung” sendiri? Misalnya, kamu punya pendapat soal sesuatu, dan kamu cenderung cari berita, cerita, atau info yang sesuai sama pendapatmu itu.

Aku pernah banget seperti itu. Misalnya waktu aku lagi concern soal skincare, aku cuma cari review yang bilang produk A itu bagus, dan aku dengan mudah menutup mata sama review yang bilang produk itu jelek atau bikin masalah. Rasanya kayak “Ah, itu pasti nggak bener.”

Ternyata, otak kita emang pengen banget merasa nyaman. Otak nggak suka sama hal-hal yang bikin kita ragu atau nggak pasti. Jadi dia lebih senang “ngonfirmasi” apa yang sudah kita percaya daripada harus buka diri sama pendapat lain yang bisa bikin kita nggak nyaman.

Ini yang disebut confirmation bias.

Efeknya? Kita jadi susah berkembang, karena cuma melihat satu sisi cerita dan menutup pintu buat belajar hal baru. Ini juga bikin kita gampang baperan kalau ada orang yang berbeda pendapat, karena kita merasa “kita yang benar.”

Aku pernah ngalamin ini juga pas diskusi soal politik atau masalah sosial. Aku cenderung scroll dan baca berita yang sepemikiran, dan kalau ada yang beda, aku sering langsung “nge-block” di kepala, padahal belum tentu mereka salah.

Sekarang aku belajar untuk sengaja buka diri. Kadang baca berita dari sudut pandang yang berlawanan, dengar cerita yang berbeda. Awalnya memang agak nggak nyaman, tapi lama-lama aku sadar, ini bikin pikiranku lebih luas dan aku jadi lebih toleran.


2. Kenapa Kamu Ingat Hal yang Sedih atau Negatif Lebih Lama? (Negativity Bias)

Ini salah satu yang paling nyebelin buat aku.

Kamu pernah nggak sih, sepanjang hari udah banyak hal baik yang terjadi, tapi cuma satu komentar nyakitin atau satu kejadian buruk kecil yang terus nempel di pikiran? Aku banget.

Misalnya, aku lagi happy, eh tiba-tiba ada satu komentar nyinyir di sosial media yang bikin mood langsung anjlok seharian. Padahal, banyak banget yang support dan kasih komentar positif, tapi kok ya yang nyangkut cuma yang negatif.

Ternyata ini namanya negativity bias. Otak kita secara alami lebih peka terhadap hal-hal negatif daripada positif. Ini dulunya sangat membantu manusia zaman purba buat bertahan hidup — dengan cepat tanggap kalau ada bahaya.

Tapi sekarang, di zaman yang relatif aman, bias ini malah sering bikin kita terlalu fokus sama hal negatif. Jadinya susah banget buat nikmatin hal baik yang sebenarnya banyak banget di sekitar kita.

Aku belajar buat lawan ini dengan beberapa cara, misalnya setiap hari nulis tiga hal yang aku syukuri. Awalnya biasa aja, tapi lama-lama jadi kebiasaan yang bikin aku lebih aware dan mood lebih stabil.


3. Cepet Ambil Kesimpulan, Padahal Belum Lengkap (Jumping to Conclusions)

Ini juga sering banget aku lakukan, dan aku yakin kamu juga.

Contohnya, kamu chat teman tapi dia nggak langsung bales. Dalam kepala langsung muncul skenario: “Dia marah sama aku, dia cuek, dia nggak peduli.” Padahal, belum tentu begitu. Bisa jadi dia lagi sibuk, handphone-nya mati, atau dia memang nggak sempat lihat chat.

Ini yang disebut jumping to conclusions — kita ambil kesimpulan terlalu cepat tanpa bukti lengkap.

Masalahnya, kalau kebiasaan ini terus-terusan, bisa bikin hubungan jadi renggang dan kita jadi overthinking.

Aku sekarang mulai belajar buat tarik napas, kasih waktu, dan kalau perlu langsung tanya ke teman, supaya nggak salah paham.


4. Cerita yang Bikin Kita Terharu Kadang Lebih Melekat daripada Fakta (Availability Bias & Emotional Bias)

Kalau aku, cerita yang penuh emosi dan dramatis itu gampang banget nempel di kepala. Kadang aku lebih inget cerita sedih atau mengharukan daripada fakta atau data yang sebenarnya lebih penting.

Misalnya, aku bisa inget banget berita kecelakaan tragis yang bikin sedih, tapi lupa fakta bahwa perjalanan dengan pesawat itu sebenarnya sangat aman dibanding kendaraan lain.

Ini disebut availability bias dan emotional bias. Otak kita lebih gampang terpengaruh sama cerita yang emosional karena itu lebih melekat di memori.

Aku berusaha mulai cek fakta sebelum percaya sepenuhnya sama cerita, supaya nggak gampang terbawa emosi yang kadang bikin kita salah menilai sesuatu.


5. Kalau Lagi Marah, Otak Susah Mikir Jernih (Mood-Congruent Bias)

Ini yang paling aku rasain kalau lagi bete berat.

Saat hati lagi nggak enak, aku ngerasa semua jadi salah, semua orang nggak perhatian, dan masalah kecil terasa sebesar gunung. Padahal kalau lagi santai, aku sadar semua itu nggak segitunya.

Ini yang disebut mood-congruent bias — di mana suasana hati kita memengaruhi cara kita melihat segala sesuatu, biasanya bikin kita lihat dunia dengan lensa yang lebih gelap.

Aku belajar buat stop dulu, tarik napas, kasih jarak sama perasaan itu, dan baru deh mikir lagi dengan kepala dingin.


Kenapa Aku Cerita Ini Semua?

Karena aku yakin, kita semua pernah ngalamin hal-hal kayak gini. Kadang kita merasa pikiran kita “nggak bisa dipercaya,” tapi itu normal dan alami.

Yang penting adalah kita sadar, dan mulai belajar untuk mengenali pola-pola pikir ini supaya nggak terlalu ngaruhin hidup kita.

Aku harap cerita ini bisa jadi teman kamu buat refleksi dan pelan-pelan belajar jadi versi terbaik diri kita.


Kalau kamu punya cerita atau pengalaman tentang kognitif bias, aku pengen banget denger. Sharing yuk di kolom komentar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar